“ Guru memanglah bukan seorang pekerja kantor yang elok rupawan dipandang mata. Guru juga bukan seorang pekerja yang memiliki gaji mentereng dengan dompet yang selalu terisi menggumpal. Guru juga bukan pahlawan yang berperang melawan pejajah demi meraih kemerdekaan Indonesia “.

    Tapi, dibalik semua kisah indah itu ada guru yang dengan telaten dan penuh kasih memberikan suri tauladan, wejagan nan rupawan, dan ilmu yang berkembang kepada seluruh umat manusia yang mau belajar kepadanya. Maka wajar dan sangat lumrah jika guru disebut sebagai “ pahlawan tanpa tanda jasa “, ilmumu tak ada habisnya dengan segudang beban yang berada di pundaknya. Meskipun saat ini guru sudah semakin mendapatkan hak yang lebih baik namun kerja keras memberikan pendidikan moral, akhlak, budi perkerti dan ilmu pengetahuan tiada batas masih belum dapat tergantikan dan terbayarkan dengan rupiah berapapun harganya. Terima kasih guruku, berkatmu kita menjadi generasi penerus bangsa yang mampu bersaing dengan tameng akhlak di diri kita.

     Berikut sepenggal sajak yang kami dapat persembahkan untukmu, semoga engkau tetap dapat menjadi pelita di dalam gulita.

 

Pahlawan yang Terlupakan

(Oleh: Ahmad Muslim Mabrur Umar)

Cermatilah sajak sederhana ini, kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula
Sosok yang terkadang terlupakan
Sosok yang sering tak dianggap

Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini
Ingatlah lagi kiranya apa jasanya
Ia tak paham genggam senjata api Ia tak bertarung di medan perang

Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya
Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya
Bukan ia yang diharap menang
Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya

Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanyalah kudapat tulis sajak ini
Karenanyalah kau dapat baca sajak ini
Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa

Mungkin telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah kau terka jawabnya
Ialah pahlawan dan orang tua kedua
Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan